Jumat, 02 Februari 2018

MAKALAH ANATOMI & FISIOLOGI ORGAN REPRODUKSI WANITA

ANATOMI DAN FISIOLOGI ORGAN REPRODUKSI WANITA

DISUSUN
O
L
E
H
NAMA   : KRIS MONEKA
NIM       : 17150043
PRODI D III KEBIDANAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA

    A.     ANATOMI DAN FISIOLOGI ORGAN REPRODUKSI WANITA.
       1.      Genetalia Eksterna/bagian luar.


a.       Mons veneris/mons pubis.
Merupakan bagian yang menonjol berisi jaringan lemak dan sedikit jaringan lemak dan sedikit jaringan ikat yang terletak diatas shympisis pubis. Setelah pubertas kulit dari mons veneris tertutup oleh rambut-rambut. Mons veneris berfungsi untuk melindungi alat genetalia dari masuknya kotoran selain itu untuk estetika.
b.      Labia mayora/bibir besar.
Merupakan kelanjutan dari mons veneris berbentuk lonjong dan menonjol, berasal dari mons veneris dan berjalan kebawah dan belakang. Kedua bibir ini dibagian bahwa bertemu membentuk perineum (pemisah anus dengan vulva). Berfungsi untuk menutupi organ-organ genetalia didalamnya dan mengeluarkan cairan pelumas pada saat menerima rangsangan.
c.       Labia minora/bibir kecil.
Merupakan lipatan dibagian dalam bibir besar, tanpa rambut. Dibagian atas klitoris dan dibagian atas klitoris dan dibagian bawahnya bertemu membentuk frenulum klitoridis. Bibir kecil ini mengelilingi orifisum vagina.
d.      Clitoris/kelentit.
Merupakan sebuah jaringan erektil kecil yang serupa dengan penis laki-laki. Mengandung banyak urat-urat syaraf sensoris dan pembuluh-pembuluh darah sehingga sangat peka. Letaknya anterior dalam vestibula. Berfungsi untuk menutupi organ-organ genetalia didalamnya serta merupakan daerah erotic yang mengandung pembuluh darah dan syaraf.
e.       Vestibulum/muara vagina.
Merupakan alat reproduksi bagian luar yang dibatasi oleh kedua bibir kecil, bagian atas klitoris, bagian belakang (bawah) pertemuan kedua bibir kecil bibir kecil. Pada vestibulum terdapat muara uretra, dua lubang saluran kelenjar bartolini, dua lubang saluran skene. Berfungsi untuk mengeluarkan cairan yang berguna melumasi vagina pada saat bersenggama.
f.       Hymen/selaput dara.
Merupakan jaringan yang menutupi lubang vagina, bersifat rapuh dan mudah robek. Hymen ini berlubang sehingga menjadi saluran dari lender yang dikeluarkan uterus dan darah saat menstruasi. Bila hymen tertutup seluruhnya disebut hymen imperforta dan menimbulkan gejala klinik setelah mendapat menstruasi.
g.      Perineum.
Terletak anatara vulva dan anus, panjangnya kurang lebih 4 cm. terdapat otot-otot yang penting yaitu sfingter anus eksterna dan interna serta dipersyarafi oleh saraf pudendus dan cabang-cabangnya.

       2.      Genetalia interna/bagian dalam.


a.       Vagina/liang senggama.
Merupakan saluran muskulo-membraneus  yang menghubungkan uterus dengan vulva. Vagian terletak diantara kandung kemih dan rectum.panjang bagian depannya 9 cm dan dinding belakangnya 11cm. Pada dinding vagina terdapat lipatan-lipatan melintang disebut rugae. Bagian serviks yang menonjol kedalam vagina disebut porsio. Sel dinding vagina mengandung banyak glikogen yang menghasilkan asam susu dengan PH 4,5. Vagina berfungsi sebagai saluran keluar dari uterus yang dapat mengalirkan darah saat haid dan skeret dari uterus, sebagai alat persetubuhan, dan sebagai jalan lahir pada waktu partus.
b.      Uterus/rahim.
Uterus adalah organ yang tebal, berotot, berbentuk buah pir, terletak didalam pelvis, antara rectum dibelakang dan kandung kencing didepan. Berfungsi sebagai tempat calon bayi dibesarkan. Berat normal uterus 30-50 gram. Pada saat tidak hamil, besar uterus kurang lebih sebesar telur ayam kampung. Dinding rahim terdiri dari 3 lapisan yaitu, (Peritoneum, Myometrium, Endometrium).
c.       Tuba fallopi
Tuba fallopi atau saluran telur, terdapat pada tepi atas ligamentum lantum, berjalan kearah lateral, mulai dari ostium tuba internum pada dinding rahim. Tuba fallopi merupakan tubule muscular, dengan panjang sekitar 12 cm dan diameternya 3 dan 8 mm. Tuba fallopi terbagi menjadi 4 bagian yaitu. (Pars interstitialis, Pars isthmika tuba, Pars ampularis tuba, dan Pars infundibulo tuba).
Fungsi tuba fallopi sangat penting yaitu untuk menangkap ovum yang dilepaskan saat ovulasi, sebagai saluran spermatozoa ovum dan hasil konsepsi, tempat terjadinya konsepsi, dantempat pertumbuhan dan perkembangan hasil konsepsi sampai mencapai bentuk blastula, yang siap  mengadakan implantasi.
d.      Ovarium.
Ovarium adalah kelenjar berbentuk buah kenari, terletak dikanan dan kiri uterus dibawah tuba fallopi, dan terikat di sebelah belakang oleh lingamentum latum uteri. Ovarium berisi sejumlah besar ovum belum matang yang disebut oosit primer. Pada setiap siklus haid sebuah ovum primitive ini mulai mematang dan kemudian cepat berkembang menjadi folikel ovary yang vesikuler (folikel graff). Setiap bulan sebuah folikel berkembang dan sebuah ovum dilepaskan dan dikeluarkan pada saat kira-kira pertengahan (hari ke-14) siklus menstruasi.
   B.     ANATOMI FISIOLOGI PANGGUL.

Gambar anatomi panggul wanita
   1.      Pengertian pelvis/panggul.
Pelvis/panggul merupakan bagian dari inferioposterior batang pada perut didaerah transisi antara batang tubuh dan anggota tubuh bagian bawah (paha hingga kaki).
·         Pelvis mayor adalah bangian pelvis yang terletak diatas linea terminalis, disebut juga dengan false pelvis. Pelvis mayor merupakan tempat pelekatan otot-otot dan ligamen kedinding tubuh. Pelvis mayor mendukung isi perut seperti usus, hati, ginjal, pancreas.
·         Pelvis minor merupakan saluran tulang yang harus dilalui oleh oleh janin pada proses persalinan. Pada wanita diluar kehamilan artikulasio hanya memungkinkan pergeseran sedikit, tetapi pada kehamilan dan waktu persalinan dapat bergeser lebih jauh dan lebih longgar, misalnya ujung koksigis dapat bergerak kebelakang sampai sejauh lebih kurang 2,5cm. pelvis minor tempat organ-organ seperti uterus, ovarium, vagina, kandung kemih.
    2.      TULANG YANG MENYUSUN PANGGUL.
Tulang panggul terdiri dari 4 buah tulang yaitu (2 buah os coxae, 1 buah os sacrum, dan 1 buah os coccygis).
1.      Tulang pangkal paha (os coxae).
Tulang coxae terdiri atas 3 buah tulang yang berhubungan satu sama lain. Batas os coxae dari articulatio sakroiliaka sampai pertengahan pubis. Os coxae terbagi menjadi tiga yaitu (os ilium, os ishcium, dan os pubis).
2.      Tulang kelagkangan (os sacrum).
Tulang kelangkang berbentuk segitiga melebar diatas dan meruncing kebawah. Batas-batas dari os sacrum yaitu (articulation sakro iliaca, prosesus lumbal, coccygis, promontorium).
3.      Tulang tungging (os coccygis).
Berbentuk segitiga dan terdiri atas 3-5 ruas bersatu. Os coccygis bersifat lentur, kelenturannya mempengaruhi lebar dari ukuran panggul dalam.
    3.      UKURAN-UKURAN PANGGUL.
a.       Ukuran Dalam Panggul.
·         Conjungata vera yaitu perbatasan dari tepi atas syimpisis sampai kepromontorium, tidak dapat diukur secara klinis (kurang lebih 11cm).
·         conjugata diagonalis yaitu tepi bawah syimpisis sampai ke promontorium (kurang dari 12-13cm).
·         diameter oblique (menyilang) yaitu articulatio saccroilliaka sampai tuber pubicum (12,5cm).
·         diameter transversal adalah jarak antara linea terminalis kiri dan kanan (13,5cm). 
b.      Ukuran Luar Panggul.
Ukuran luar panggul tidak dapat digunakan untuk penilaian apakah persalinan dapat berlangsung secara biasa atau tidak. Walaupun begitu ukuran luar panggul dapat member petunjuk akan kemugkinan panggul sempit. Ukuran-ukuran luar panggul yaitu :
·         Distansia spinarum adalah jarak antara SIAS kiri dan kanan (± 24 cm-26cm)
·         Distansia cristarum adalah jarak antara crista iliaca kiri dan kanan (± 28 cm-30cm)
·         Diastansia boudeloque adalah jarak antara tepi atas sympisis sampai ruas lumbal ke 5 (±18-20cm).
·         Distansia oblikua eksterna (ukuran miring luar) jarak antara spina iliaka posterior sinistra dan spina iliaka anterior superior dektra dan dari spina iliaka posterior dektra kespina iliaka anterior superior sinistra. Kedua ukuran ini bersilang.
·         Distansia intertrokanterika : jarak antara kedua trokanter mayor.
·         Distansia tuberum (±10,5cm) : jarak antara tuber iskii kanan dan kiri.
·         Lingkar panggul adalah dari tepi atas sympisis ke pertengahan SIAS lalu ke proxesus lumbal ke 5 kembali ke pertengahan SIAS dan kembali ditepi atas syimpisis (80-100cm).
4.      JENIS-JENIS PANGGUL

                                                        Gambar Jenis-jenis panggul
·         Panggul gynecoid.
·         Panggul android.
·         Panggul anthropoid.
·         Panggul platypeloid.
    C.     SIKLUS MENSTRUASI.
     1.      Pengertian Siklus Menstruasi.

Menstruasi, haid atau datang bulan adalah perubahan fisiologis dalam tubuh wanita yang terjadi secara berkala dan dipengaruhi oleh hormon reproduksi baik FSH-Estrogen atau LH-Progesteron. Pada wanita siklus menstruasi rata-rata terjadi sekitar 28 hari, tidak semua wanita memiliki siklus menstruasi yang sama, kadang-kadang siklus terjadi setiap 21 hari hingga 30 hari. Menstruasi rata-rata terjadi 5 hari, 7 hari paling lama 15 hari. Umumnya darah yang hilang akibat menstruasi adalah 10mL hingga 80mL per hari tetapi biasanya dengan rata-rata 35mL per harinnya. Siklus menstruasi dibagi atas empat fase yaitu :
a.       Fase mentruasi.
Yaitu luruh dan dikeluarannya dinding rahim dari tubuh. Hal ini disebabkan berkurangnya kadar hormone seks. Hal ini secara bertahap terjadi pada hari ke-1 sampai 7.
b.      Fase pra-ovulasi.
Yaitu masa pembentukan dan pematangan ovum dalam ovarium yang dipicu oleh peningkatan kadar estrogen dalam tubuh. Hal ini terjadi secara bertahap pada hari ke-7 sampai 13.
c.       Fase ovulasi.
Masa subur atau ovuasi adalah suatu masa dalam siklus menstruasi wanita dimana sel telur matang siap untuk dibuahi. Menurut beberapa literatur, masa subur adalah 14 hari sebelum haid selanjutnya. Apabila wanita tersebut melakukan hubungan seksual pada masa subur atau ovulasi maka kemugkinan terjadi kehamilan.
d.      Fase pasca ovulasi.
Yaitu masa kemunduran ovum bila tidak terjadi fertilisasi. Pada tahap ini, terjadi kenaikan produksi progesteron sehingga endometrium menjadi lebih tebal dan siap menerima embiro untuk berkembang. Jika tidak terjadi fertilisasi, maka hormone seks dalam tubuh akan berulang dan terjadi fase mentrasi kembali.
    2.      Hormon yang mempengaruhi siklus menstruasi.
a.       Estrogen.
Hormon yang diproduksi pada ovarium ini sangat berperan didalam tubuh, terutama pada ovulasi dalam siklus reproduksi wanita. Hormon ini juga berperan dalam perubahan tubuh masa pubertas serta terlibat dalam pembentukan kembali lapisan rahim setelah priode menstruasi.
b.      Progesteron.
Hormon ini bekerjasama dengan estrogen guna menjaga siklus mentruasi reproduksi dan menjaga kehamilan. Sama dengan estrogen, progesteron juga diproduksi si ovarium dan berperan dalam penebalan dinding rahim.
c.       Hormon pelepas gonadotropin (GnRh).
Hormon ini membantu memberikan rangsangan pada tubuh untuk menghasilkan hormone perangsang folikel dan hormon pelutein.
d.      Luteinizing hormon/LH.
Sel telur dan proses ovulasi dihasilkan oleh ovarium berkat rangsangan dari hormon ini.
e.       Follicle stimulatinh hormone/FSH.
Hormon ini membantu sel telur didalam ovarium matang dan siap untuk dilepaskan. Hormon ini diproduksi dikelenjar pitutari pada bagian bawah otak.
   D.    PEMBUAHAN, NIDASI, DAN PLASENTASI.
Untuk terjadi kehamilan harus ada spermatozoa, ovum, pembuahan ovum (konsepsi), nidasi (implantasi) hasil konsepsi. Setiap spermatozoa terdiri atas tiga bagian yaitu kaput atau kepala yang berbentuk lonjong agak gepeng dan mengandung bahan nukelus, ekor, dan bagian yang silindrik (leher) menghubungkan kepala dengan ekor, dengan getaran ekornya spermatozoa dapat bergerak cepat.
·         Pembuahan (Fertilisasi).

Ovum yang dilepas oleh ovarium disapu oleh mikrofilamen-mikrofilamen fimbria infundibulum tuba kearah ostium abdominalis, dan disalurkan terus kearah medial. Ovumini mempunyai diameter 100μ (0,1mm). di tengah-tengahnya dijumpai nukelus yang berada dalam metaphase pada pembelahan pematangan kedua, terapung-apung dalam sitoplasma yang kekuning-kuningan yakni vitelus. Vitelus ini banyak mengandung zat karbohidrat dan asam amino.
Ovum dilingkari oleh zona pelusida. Diluar zona pelusida ini ditemukan sel-sel korona radiate, dan didalamnya terdapat ruang privitelina, tempat benda-benda kutub. Bahan-bahan dari sel-sel korona radiate dapat disalurkan ke ovum melalui saluran-saluran halus dizona pelusida. Jumlah sel-sel korona radiata didalam perjalanan ovum diampula tuba makin berkurang sehingga ovum dilingkari oleh zona pelusida pada waktu berada dekat pada perbatasan ampula dan ismus tuba, tempat pembuahan yang umumnya terjadi.
Jutaan spermatozoa ditempatkan difornik vagina dan disekitar porsio pada waktu coitus. Hanya beberapa beberapa ratus ribu spermatozoa dapat terus kekapung uteri dan tuba, dan hanya beberapa ratus dapat sampai kebagian ampula tuba dimana spermatozoa dapat memasuki ovum yang telah siap untuk dibuahi. Hanya satu spermatozoa yang mempunyai kemampuan (kapasitasi) untuk memenuhi. Pada spermatozoa ditemukan penigkatan konsentrasi DNA di nukelusnya, dan kaputnya lebih mudah menembus dinding ovum karena diduga dapat melepaskan hialuronidase.
Fertilisasi (pembuahan) adalah penyatuan ovum (oosit sekunder) dan spermatozoa yang biasanya berlangsung diampula tuba. Fertilisasi meliputi penetrasi spermatozoa kedalam ovum, fusi spermatozoa dan ovum, diakhiri dengan fusi materi genetik. Hanya satu spermatozoa yang telah mengalami proses kapasitasi mampu melakukan penetrasi membrane sel ovum. Untuk mencapai ovum, spermatozoa harus melawati korona radiate (lapisan sel diluar ovum) dan zona pelusida (suatu bentuk glikoprotein ekstrselular), yaitu dua lapisan yang menutupi dan mencegah ovum mengalami fertilisasi lebih dari satu spermatozoa. Suatu molekul komplemen khusus dipermukaan kepala spermatozoa kemudian mengikat ZP3 glikoprotein dizona pelusida. Pengikatan ini memicu akrosom melepaskan enzim yang membantu spermatozoa menembus  zona pelusida.
Pada saat spermatozoa  menembus zona pelusida terjadi reaksi korteks ovum. Granula korteks didalam ovum (oosit sekunder) berfusi dengan membran plasma sel, sehingga enzim didalam granula-granula dikeluarkan secara eksositosis ke zona pelusida. Hal ini menyebabkan glikoprotein di zona pelusida berkaitan satu sama lain membentuk suatu materi yang keras dan tidak dapat ditembus oleh spermatozoa. Proses ini mencegah ovum dibuahi lebih dari satu sperma.
Spermatozoa yang telah masuk ke vitelus kehilangan membrane nukleusnya yang tinggal hanya pronukelusnya, sedangkan ekor spermatozoa dan mitokondrianya berdegenerasi. Itulah sebabnya seluruh mitokondria pada manusia berasal dari ibu (maternal). Masuknya spermatozoa kedalam vitelus membangkitkan nukelus ovum yang masih dalam metaphase untuk proses pembelahan selanjutnya (pembelahan meiosis kedua). Sesudah anaphase kemudian timbul telofase, dan benda kutub (polar body) kedua menuju keruang perivitalina. Ovum sekarang hanya mempunyai pronukelus yang haploid. Pronukelus spermatozoa juga telah mengandung jumlah kromosom yang haploid.
Kedua pronukelus dekat mendekati dan bersatu membentuk zigot yang terdiri atas bahan genetik dari perempuan dan laki-laki. Pada manusia terdapat 46 kromosom, ialah 44 kromosom otosom dan 2 kromosom kelamin; Pada seorang laki-laki satu X dan satu Y. Sesudah pembelahan kematangan, maka ovum matang mempunyai 22 kromosom otosom serta 1 kromosom X, dan suatu spermatozoa mempunyai 22 kromosom otosom serta 1 kromosom X atau 22 kromosom otosom serta 1 kromosom Y. Zigot sebagai hasil pembuahan yang memiliki 44 kromosom otosom serta 2 kromosom X akan tumbuh sebagai janin perempuan, sedang yang memiliki 44 kromosom otosom serta 1 kromosom X dan 1 kromosom Y akan tumbuh menjadi janin laki-laki.
Dalam beberapa jam setelah pembuahan terjadi,mulailah pembelahan zigot. Hal ini dapat berlangsung oleh karena sitoplasma ovum mengandung banyak zat asam amino dan enzim. Segera setelah pembelahan ini terjadi,pembelahan-pembelahan selanjutnya berjalan dengan lancar, dan dalam tiga hari terbentuk suatu kelompok sel yang sama besarnya. Hasil konsepsi berada dalam stadium morula. Energy untuk pembelahan ini diperoleh dari vitelus, hingga volume vitelus makin berkurang dan terisi seluruhnya oleh morula. Dengan demikian, zona pelusida tetap utuh, atau dengan perkataan lain, besarnya hasil konsepsi tetap sama. Dalam ukuran yang sama ini hasil konsepsi disalurkan  terus ke pars ismika dan pars interstisialis tuba (bagian-bagian tuba yang sempit) dan terus disalurkan kearah kavum uteri oleh arus serta getaran-getaran silia pada permukan sel-sel tuba dan kontraksi tuba.




·         Nidasi (Implantasi).

Selanjutnya pada hari keempat hasil konsepsi mencapai stadium blastula disebut blastokista (blastocyst), suatu bentuk yang dibagian luarnya adalah trofoblas dan dibagian dalamnya disebut massa inner cell. Massa inner cell ini berkembang menjadi janin dan trofoblas akan berkembang menjadi plasenta. Dengan demikian, blastokista diselubungi oleh suatu simpai yang disebut trofoblas. Trofoblas ini sangat kritis untuk keberhasilan kehamilan terkait dengan keberhasilan nidasi (implantasi), produksi hormone kehamilan, proteksi imunitas bagi janin, penigkatan aliran darah maternal ke dalam plasenta, dan kelahiran bayi. Sejak trofoblas terbentuk, produksi hormone human chorionic gonadotropin (hCG) dimulai, suatu hormone yang memastikan bahwa endometrium akan menerima (reseptif) dalam proses implantasi embiro.
Pembelahan sel mulai dari hasil konsepsi sampai stadium morula
Trofoblas mempunyai kemampuan menghancurkan dan mencairkan jaringan menemukan endometrium dalam masa sekresi, dengan sel-sel desidua. Sel-sel desidua ini besar-besar dan mengandung lebih banyak glikogen serta mudah dihancurkan oleh trofoblas. Nidasi diatur oleh suatu proses yang kompleks antara trofoblas dan endometrium. Disatu sisi trofoblas mempunyai kemampuan invasif yang kuat, disis lain endometrium mengontrol invasi trofablas dengan menyekresikan factor-faktor yang aktif setempat (local) yaitu inhibitor cytokines dan protease. Keberhasilan nidasi dan plasentasi yang normal adalah hasil kesemimbangan proses antara trofoblas dan endometrium.
Dalam perkembangan diferensiasi trofoblas, sitotrofoblas  yang belum berdiferensiasi dapat berkembang dan berdiferensiasi menjadi 3 jenis yaitu, (1) sinsisiotrofoblasyang aktif menghasilkan hormone, (2) trofoblas jangkar ekstravili yang akan menempel pada endometrium, dan (3) trofoblas invasif.
Invasi trofoblas diatur oleh pengaturan kadar hCG. Sinsisiotrofoblas menghasilkan hCG yang mengubah sitotrofoblas yang semakin dekat dengan endometrium menghasikan kadar hCG yang semakin rendah, dan membuat trofoblas berdiferensiasi dalam sel-sel jangkar yang menghasilkan protein perekat plasenta yaitu trophouteronectin. Trofoblas-trofoblas invasif lain yang lepas dan bermigrasi kedalam endometrium dan miometrium akan menghasilkan protease dan inhibitor protease yang diduga memfasilitasi prosesinvasi kedalam jaringan naternal.
Kelainan dalam optimalisasi aktivitas trofoblas dalam proses nidasi akan berlanjut dengan berbagai penyakit dalam kehamilan. Apabila invasi trofoblas ke arteri spiralis maternal lemah atau tidak terjadi, maka arus darah uteroplasenta rendah dan menimbulkan sindrompreeklamsia. Kondisi ini juga akan menginduksi plasenta menyekresikan substansi vasoaktif yang memicu hipertensi maternal. Kenaikan tekanan darah ibu dapat merusak arteri spiralis dan tersumbat, sehingga terjadi infark plasenta. Sebaliknya invasi trofoblas yang tidak terkontrol akan menimbulkan penyakit trofoblas gestasional seperti mola hidatidosa dan koriokarsinoma.
Dalam tingkat nidasi, trofoblas antara lain menghasilkan hormone human chorionic gonadotropin. Produksi human chorionic gonadotropin menigkat sampai kurang lebih hari ke-60 kehamilan untuk kemudian turun lagi. Fungsinya ialah mempengaruhi korpus luteum untuk tumbuh terus, dan menghasilkan terus progesteron, sampai plasenta dapat membuat cukup progesteron sendiri. Hormone korionik gonadotropin inilah yang khas untuk menentukan ada  tidaknya kehamilan. Hormone tersebut dapat ditemukan didalam air kemih ibu hamil.
Blastokista dengan bagian yang mengandung massa inner-cell aktif mudah masuk kedalam lapisan desidua, dan luka pada desidua kemudian menutup kembali. Kadang-kadang pada saat nidasi yakni masuknya ovum kedalam endometrium. Terjadi pendarahan pada luka desidua (tanda Hartman).
Pada umunnya blastokista masuk di endometrium dengan bagian dimana masa inner-cell berlokasi. Dikemukan bahwa hal inilah yang menyebabkan tali pusat berpangkal sentralm atau parasentral. Bila sebaiknya dengan bagian lain blastokista memasuki endometrium, maka terdapatlah tali pusat dengan inserio velamentosa. Umumnya nidasi terjadi didinding depan atau belakang uterus, dekat pada fundus uteri. Jika nidsi ini terjadi, barulah dapat disebut kehamilan.
Setelah nidasi berhasil, selanjutnya hasil konsepsi akan bertumbuh dan berkembang didalam endometrium. Embiro ini selalu terpisahkan dari darah dan jaringan ibu pleh suatu lapisan sitotrofoblas (mononuclear trophoblast) disisi bagian dalam dan sinsiotrofoblas (multinuclear trophoblast) disisi bagian luar. Kondisi ini kritis tidak hanya untuk pertukaran nutrisi, tetapi juga untuk melindungi janin yang bertumbuh dan berkembang dari serangan imunologik maternal. Bila nidasi telah terjadi, mulailah diferensiasi sel-sel blastokista. Sel-sel yang lebih kecil, yang dekat dengan ruang eksoselom membentuk entoderm dan yolk sac, sedangkan sel-sel yang lebih besar menjadi ectoderm dan membentuk ruang amnion. Dengan ini didalam blastokista terdapat suatu embryonal plate  yang dibentuk antara dua ruangan yakni ruuang amnion dan yolk sac.
Pertumbuhan embiro terjadi dari embryonal plate yang selajutnya terdiri atas tiga unsure lapisan, yakni sel-sel ektoderm, mesoderm, dan entoderm. Sementara itu ruang amnion tumbuh dengan cepat dan mendesak eksoselom; akhirnya dinding ruang amnion mendekati korion. Mesoblas antara ruang amnion dan embiro menjadi padat, dinamakan body stalk,menjadi tali pusat. Yolk sac dan alantois pada manusia tidak tumbuh terus, dan sisa-sisannya dapat ditemukan dalam tali pusat.
Dalam tali pusat sendiri yang berasal dari body stalk, terdapat pembuluh-pembuluh darah sehingga ada yang menamakannya vaskular stalk. Dari perkembangan ruang amnion dapat dilihat bahwa bagian luar tali pusat berasal dari lapisan amnion. Didalamnya terdapat jaringan lembek, selei Wharton, yang berfungsi melindungi 2 arteria umbikalis dan 1 vena umbilikalis yang berada dalam tali pusat. Kedua arteri dan satu vena tersebut menghubungkan system kardiovaskular  janin dengan plasenta. System kariovaskular janin dibentuk pada kira-kira minggu ke-10. Organogenesis diperkirakan selesai pada minggu ke-12, dan disusul oleh masa fenntal dan perinatal. Cirri-ciri tersebut diatas perlu diketahui jika pada abortus ingin diketahui tuannya kehamilan.
·         Plasentasi.
Plasentasi adalah proses pembentukan struktur dan jenis plasenta. Setelah nidasi embiro kedalam endometrium, plasentasi dimulai. Pada manusia plasentasi berlangsung sampai 12-18 minggu setelah fertilisasi.
Dalam 2 minggu pertama perkembangan hasil konsepsi, trofoblas invasif telah melakukan penetrasi kepembuluh darah endometrium. Terbentuklah sinus intertrofoblastik yaitu ruangan-ruangan yang berisi darah maternal dari pembuluh-pembuluh darah yang dihancurkan. Pertumbuhan ini berjalan terus, sehingga timbul ruangan-ruangan interviler dimana vili korialis seolah-olah terapung-apung diantara ruangan-ruangan tersebut sampai terbentuknya plasenta.
Tiga minggu pascafertilisasi sirkulasi darah janin dini dapat diindentifikasi dan dimulai pembentukan vili korialis. Sirkulasi darah janin ini berakhir di lengkung kapilar (capillary loops) didalam vili korialis yang ruang intervilinya dipenuhi dengan darah maternal yang dipasok oleh arteri spiralis dan dikeluarkan melalui vena uterine. Vili korialis ini akan bertumbuh menjadi suatu massa jaringan yaitu plasenta.
Lapisan desidua yang meliputi hasil konsepsi kearah kavum uteri disebut desidua kapsularis; yang terletak antara hasil konsepsi dan dinding uterus disebut desidua basalis; disitu plasenta akan dibentuk. Desidua yang meliputi dinding uterus yang lain adalah desidua parietalis. Hasil konsepsi sendiri diselubungi oleh jonjot-jonjot yang dinamakan vili korialis dan berpangkal pada korion. Sel-sel fibrolas mesodermal tumbuh disekitar embiro dan melapisi pula sebelah dalam trofoblas. Dengan demikian, terbentuk chorionic membrane yang kelak akan menjadi korion. Selain itu, vili korialis yang berhubungan dengan desidua basalis tumbuh dan bercabang-cabang dengan baik, disini korion disebut korion frondosum. Yang berhubungan dengan desidua kapsularis kurang mendapat makanan, karena hasil konsepsi bertumbuh kearah kavum uteri sehingga lambat-laun menghilang; korion yang gundul ini disebut korion leave.
Darah ibu dan darah janin dipisahkan oleh dinding pembuluh darah janin dan lapisan korion. Plasenta yang demikian dinamakan plasenta jenis hemokorial. Di sini jelas tidak ada pencampuran darah antara darah janin dan darah ibu. Ada juga sel-sel desidua yang tidak dapat dihancurkan oleh trofoblas dan sel-sel ini akhirnya membentuk lapisan fibrinoid yang disebut lapisan Nitabuch. Ketika proses melahirkan plasenta terlepas dari endometrium pada lapisan Nitabuch ini.
    E.     MENENTUKAN HPL
·         Rumus Naegele.
Hari Perkiraan Lahir = tanggal HPHT + 7, bulan – 3, tahun + 1. 
Rumus naegele tidak bisa digunakan bila :
1.      Tidak diketahui HPHT
2.      Haid tidak teratur
3.      Akseptor KB yang tidak haid
4.      Ibu post partum belum haid sudah hamil.










Referensi
·         beritangetren.blogspot.com/2012/09/rumus-naegele-perhitungan-tanggal.html?=1
·         Rachimhadhi, Trijatmo. 2016. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawiroharddjo.
·         http://lillahsunnahsyata.blogspot.co.id/2013/04/v-behaviorurlde

Tidak ada komentar:

Posting Komentar