Kamis, 29 Maret 2018

Ganguan masa nifas


BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
Masa nifas akan menyebabkan terjadinya perubahan - perubahan pada organ reproduksi. Begitupun halnya dengan kondisi kejiwaan ( psikologis ibu, juga mengalami perubahan. Dari yang semula belum memiliki anak, kemudian lahirlah seorang bayi mungil nan lucu yang kini mendampingi ibu. Menjadi orang tua merupakan suatu krisis tersendiri dan ibu harus mampu melewati masa transisi. Secara psikologi, seorang ibu akan mengalami akan mengalami gejala - gejala psikiatrik setelah melahirkan. Beberapa penyesuaian dibutuhkan oleh oleh seorang wanita dalam dalam menghadapi aktivitas dan peran barunya sebagai ibu pada beberapa minggu atau bulan pertama setelah melahirkan baik dari segi fisik maupun fisik. 

B.   Rumusan Masalah
1.    Apa pengertian masa nifas ?
2.    Perubahan pada masa nifas
3.    Gangguan psikologi apa saja yang terjadi pada masa nifas ?
4.    Bagaimana cara mengatasi gangguan psikologi pada masa nifas ?
5.    Contoh kasus

C.   Tujuan
1.    Untuk mengetahui pengertian
2.    Untuk mengetahui perubahan pada masa nifas
3.    Untuk mengetahui apa saja gangguan psikologi yang terjadi saat nifas
4.    Mengetahui cara mengatasi gangguan psikologi pada masa nifas.

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian
Nifas adalah masa dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat kandung kembali seperti semula sebelum hamil, yang berlangsung selama 6-40 hari. Lamanya masa nifas ini yaitu ± 6 – 8 minggu (Mochtar, 1998).
Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6 minggu. (Abdul Bari,2000:122).
Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera setelah kelahiran yang meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil yang normal. (F.Gary cunningham,Mac Donald,1995:281)
B.     Klasifikasi
Nifas dapat dibagi kedalam 3 periode :
  1. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan – jalan.
 2. Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat – alat genetalia yang lamanya 6 – 8 minggu.
 3. Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih kembali dan sehat sempurna baik selama hamil atau sempurna berminggu – minggu, berbulan – bulan atau tahunan.
C.     Perubahan Psikologis Dalam Masa Nifas
1). Fase taking in
Merupakan periode ketergantungan yang berlangsung pada hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat itu fokus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri. Pengalaman selama proses persalinan sering berulang diceritakannya. Hal ini membuat cenderung ibu menjadi pasif terhadap lingkungannya.
2). Fase taking hold
Periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase ini ibu merasa khawatir akan ketidakmampuannya dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Pada fase ini ibu memerlukan dukungan karena saat ini merupakan kesempatan yang baik untuk menerima berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya sehingga timbul percaya diri.
3). Fase letting go
fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang verlangsung sepuluh hari setelah melahirkan. Ibu sudah dapat menyesuaikan diri, merawat diri dan bayinya sudah meningkat. Ada kalanya, ibu mengalami perasaan sedih yang berkaitan dengan bayinya keadaan ini disebut baby blues.
D.    Gangguan Psikologi Pada Masa Nifas
Depresi post partum adalah depresi berat yang terjadi 7 hari setelah melahirkan dan berlangsung 30 hari. Depresi post partum pertama kali ditemukan oleh Pitt pada tahun 1988. Depresi post partum adalah depresi yang bervariasi dari hari ke hari dengan menunjukkan kelelahan , mudah marah, gangguan nafsu makan, dan kehilangan libido. Tingkat keparahan depresi post partum bevariasi. Keadaan ekstrim yang paling ringan yaitu saat ibu mengalami kesedihan sementara yang berlangsung sangat cepat pada masa awal post partum, yang disebut dengan “ baby blues/ maternity blues”. Gangguan post partum yang paling berat disebut “psikosis/psikosa post partum atau melankolia”. Diantara dua keadaan ekstrim tersebut terdapat keadaan yang mempunyai tingkat keparahan sedang yaitu “depressi post partum/neurosa post partum” . (Regina , 2011)
1.      Baby Blues
      Post partum blues merupakan problem psikis sesudah melahirkan seperti kemunculan kecemasan,labilitas persaan dan depresi pada ibu . Diperkirakan hampir 50-70% seluruh wanita pasca melahirkan akan mengalami baby blues atau post natal syndrome yang terjadi pada hari ke-4 -10 pasca persalinan.
a.       Gejala-gejala
Adapun  gejalanya yaitu Reaksi depressi / sedih/ disporia. Sering menangis ,mudah tersinggung,cemas,labilitas perasaan,cenderung  menyalahkan diri sendiri,gangguan tidur dan gangguan nafsu makan,kelelahan,mudah sedih,cepat marah,mood mudah berubah,cepat menjadi sedih dan cepat menjadi gembira. Perasaan terjebak,marah kepada pasangan dan bayinya,perasaan bersalah,dan sangat pelupa.
b.      Faktor – Faktor Penyebab
      Factor yang menyebabkan terjadinya post partum blues bisa terjadi dari dalam dan luar individu,misalnya:  ibu belum siap mengahadapi persalinan;  adanya perubahan hormone progesterone yang ketika masa kehamilan meningkat kemudian turun secara tiba-tiba pasca persalinan, payudara membengkak dan menyebabkan rasa sakit atau jahitan yang belum sembuh; ketidak nyamanan fisik yang di alami wanita menimbulkan gangguan pada emosional seperti payudara bengkak dan nyeri jahitan, rasa mulas; Ketidak mampuan beradaptasi terhadap perubahan fisik dan emosional yang kompleks; Faktor umum dan paritas;pengalaman dalam proses persalinan dan kehamilan.
Latar belakang psikososial wanita yang bersangkutan seperti tingkat pendidikan,status perkawinan,kehamilan yang tidak di inginkan,riwayat gangguan kejiwaan sebelumnya,social ekonomi. Kecukupan dukungan dari lingkungan (suami,keluarga dan teman) apabila suami mendukung kehmilan ini,aapakah suami mengerti persaan istri, keluarga dan teman memberikan dukungan fisik dan moril . Strees dalam keluarga misalnya: factor ekonomi memburuk ,persoalan dengan suami,problem dengan mertua stress yang di alami wanita itu sendiri misalnya ASI tidak keluar , frustasi karena bayi tidak mau tidur.
Kelelahan pasca persalinan, perubahan yang pernah di alami oleh ibu,rasa memiliki bayi yang terlalu dalam sehingga timbul rasa takut kehilangan bayinya;  problem anak, setelah kelahiran bayi,kemungkinan timbul rasa cemburu dari anak sebelumnya sehingga hal tersebut cukup mengganggu emosional.
c.       Penanganan
Penanganan gangguan mental pasca persalinan pada prinsipnya tdak berbeda dengan penanganan gangguan mental pada momen-momen lainnya. Para ibu yang mengalami post partum blues membutuhkan pertolongan yang sesungguhnya. Para ibu ini membutuhkan dukungan psikologis seperti juga kebutuhan fisik lainnya yang harus juga di penuhi.
Cara untuk mengatasinya,antara lain : komunikasikan segala permasalahan atau hal lain yang ingin di ungkapkan ; bicarakan rasa cemas yang di alami ;bersikap tulus ikhlas dlam menerima aktifitas dan peran baru setelah melahirkan ; bersikap fleksible dan tidak terlalu perfectsionis  mengurs bayi dan rumah tangga ; belajar tenang dan menarik nafas panjang    meditasi ; kebutuhan istrahat yang cukup ,tidurlah ketika bayi sedng tidur ; berolhraga ringan ;bergabung dengan kelompok ibu-ibu baru ; dukungan tenaga kesehatan ; dukungan suami ,keluaraga ,teman, teman sesama ibu,konsultasikan pada dokter atau orang yang professional agar dapat meminimalisir   factor risiko lainnya dan melakukan pengwasan .
d.      Klasifikasi
1)      Ringan : post partum blues atau sering juga maternity blues atau sindroma ibu baru di mengerti sebagai suatu sindroma  gangguan efek ringan yang sering tampak pada minggu pertama setelah persalinan ditandai dengan gejala2 : Reaksi depresi /sedih/disporia; sering menagis,mudah tersinggung,cemas,labilitas perasaan
2)      Berat : Depresi berat dikenal sebagai sindroma depresi non piskotik pada kehamilan namun umumnya trejadi dalam beberapa minggu sampai bulan setelah kelahiran
         Gejala-gejala depresi berat  : perubahan pada mood ;gangguan pada pola tidur ,perubahan mental dan libido, dapat pula muncul pobia, ketakutan akan penyakit diri sendiri atau bayinya,depresi berat akan memiliki resiko tinggi pada wanita atau keluarga yang pernah mengalami kelainan psikiatrik atau pernah mengalami menstrual sindrom .kemungkinan rekuren pada kehamilan berikunya.
        Penatalaksanaan depresi berat : dukungan keluarga dan sekitar ; terapi psikologis dari psikiater dan psikolog ;  kolaborasi dengan dokter untuk pemberian anti depresan ( hati- hati pemberian depresan pada wanita hamil dan menyusui ) ; pasien dengan percobaan bunuh diri sebaiknya jangan di tinggal sendirian dirumah jika di perlukan lakukan perawatan  di RS ; tidak di anjurkan untuk rooming in atau rawat gabung dengan bayinya .
e. Pencegahan terjadinya post partum blues
1). Persiapan diri yang baik ,artinya persiapan diri yang baik pada saat kehamilan sangat di perlukan sehingga saat kelahiran memiliki kepercayaan diri yang baik dan mengurangi resiko terjadinya depresi post partum .kegiatan yang dapat ibu lakukan adalah banyak membaca artikel atau buku yang ada kairannya dengan kelahiran ,mengikuti kelas prenatal, bergabung dengan kelompok senam hamil . ibu dapat memperoleh banyak informasi yang diperlukan sehingga pada saat kelahiran ibu sudah siap dan hal traumatis yang mungkin mengejutkan dapat di hindari.
2). Olahraga dan nutrisi yang cukup , dengan olah raga dapat  menjaga kondisi dan stamina sehingga dapat membuat keadaan emosi juga lebih baik. Nutrisi yang baik asupan makanan maupun minum sangat penting pada periode post partum
3). Support  mental dan lingkungan sekitar  ,,dukungan ini tidak hanya dari suami tapi dari keluarga ,teman,dan lingkungan sekitar .
4). Ungkapkan apa yang dirasakan ,ibu post partum jangan memendam perasaan sendiri .jika mempunyai masalah  harus segera dibicarakan baik dengan suami maupun orang terdekat
5). Mencari informasi tentang depresi post partum ,informasi tentang depresi post partum yang kita berikan akan sangat bermanfaat sehingga ibu mengetahui factor –faktor pemicu sehingga dapat mengantisifikasi  atau mencari bantuan jika mengahdapi kondisi tersebut.
6). Melakukan pekerjaan rumah tangga seperti memasak ,membersihkan rumah dan pekerjaan rumah tangga lain dapat membantu melupakan gejolak emosi yang timbul pada periode post partum.
2.     Depresi Post Partum                     
Depresi post partum merupakan tekanan jiwa sesudah melahirkan mungkin seorang ibu baru akan merasa benar-benar tidak berdya dan merasa serba kurang mampu,tertindih oleh beban terhadap tangung jawab terhadap bayi dan keluarganya,tidak bisa melakukan apapuan untuk menghilangakan perasaan itu.Depresi post partum dapat berlangsung selama 3 bulan atau lebih dan berkembang menjadi depresi lain lebih berat atau lebih ringan.Gejalanya sama saja tetapi di samping itu,ibu mungkin terlalu memikirkan kesehatan bayinya dan kemampuanya sebagai seorang ibu.
Jadi pada dasarnya depresi menyerang siapa aja,tetapi terutama orang-orang usia tengan baya (usia 35-50 tahun) .Misalnya gagalnya mencapai sasaran-sasaran yang telah di rencanakan anak-anak mulai meningalkan rumah dan lain-lain,semua ini bisa menyebabkan depresi.Menurut catatan psikiater orang-prang yang menikah lebih banyak mengalami depresi dari pada yang  yang tidak menikah.Para ahli mengatakan hal ini di sebabkan oleh konflik-konflik interpersonal yang timbul dalam relasi yang dekat didalam perkawinan.
Di samping itu perempuan dua kali lebih banya di diagnosa sebagai memngalami depresi dari pada laki-laki penyeba masie belum di ketahui dengan pasti.Apakah mungkin karena bedanya biologis karena wanita lebih mudah menyatakan perasaanya atau karena perempuan lebih banyak mengalami stress sosial karena tidak berhasil memenuhi keinginan mereka di masyarakat.
a.       Predisposisi
Faktor terjadinya depresi post partum diantaranya adalah  ada  di dalam keluara penderita penyakit mental ; kurangnya dukungan sosial dan dukungan keluarga serta teman; kekhawatiran akan bayi yang sebetulnya sehat;kesulitan selama persalinan dan melahirkan;merasa terasing dan tidak mampu; masalah/perselisihan perkawinan atau keuangan;kehamilan yang tidak di inginkan.
b.      Etiologi
  Penyebab kesedihan atau depresi atau sehabias melahirkan tidak jelas.Penurunan tingakt hormon yang tiba-tiba,terutama sekali estrogen dan progesteron dapat berperan. Depresi yang hadir sebelum kehamilan lebih mungkin berkembang ke dalam depresi post partum wanita yang telah memiliki depresi sebelum hamil harus memberitahukan kepada dokter atau bidan mengenal hal tersebut selama kehamilam. Depresi juga merupakan sebuah penyakit yang berlangsung di dalam sebuah keluarga.Kadangkalah tidak jelas penyebab dari depresi itu sendiri.
Faktor penyebab depresi post partum di sebabkan oleh  4 faktor yaitu sebagai berikut :
1)      Faktor kostitusional: ganguan post partum berkaitan dengan status paritas riwayat obstetri pasien yang meliputi riwayat hamil sampai bersalin serta ada komplikasi dari kehamilan dan persalinan sebelumnya dan terjadi lebih banyak pada wanita primipara.Primipara lebih umum menderita blues karena setelah melahirkan wanita primipara berada dalam proses adaptasi,kalau dulu hanya memikirkn diri sendiri begitu bayi lahir jika ibu tidak paham perannya ia akan menjadi bingung sementara bayinya harus tetap di rawat.
2)      Faktor fisik:  Perubahan fisik setelah proses kelahiran dan memuncaknya ganguan mental slama 2 minggu pertama menunjukan bahwa faktor fisik di hubungkan dengan kelahiran pertama merupakan faktor penting.Perubahan hormon scara drastis setelah melahirkan dan periode laten selama 2 hari diantara kelahiran dan munculnya gejala. Perubahan ini sangat berpengaruh pada keseimbangan.Kadang-kadang progesteron naik dan estrogen menurun secara cepat setelah melahirkan merupakan penyebab yang sudah pasti.
3)      Faktor psikologis: Peralihan yang cepat dari keadaan dua dalam satu pada akhir kehamilan menjadi dua induvidu yaitu ibu dan anak bergantung pada penyesuaian pesikologis induvidu. Klaus dan kennel mengindikasikan pentingnya cinta dan penangulangan masa peralihan ini untuk memulai hubungan baik antara ibu dan anak.
4)      Faktor sosial : Paykel mengemukakan bahwa pemukiman yang tidak memadai lebih sering menimbulkan depresi pada ibu-ibu selain kurangnya dukungan dalam perkawinan.
c.       Klasifikasi
Ada 3 tipe depresi post partum diantaranya yaitu :
1) Depresi ringan (Kemurungan): inilah tipe depresi yang paling umum.Biasanya singkat dan tidak terlalu mengangu-mengangu kegiatan-kegiatan normal.
2) Depresi sedang/moderat(perasaan tak berpengharapan: Geja;anya hampir sama dengan depresi ringan tetapi lebih kuat dan lebih lama berakhir.
3)  Depresi berat (terpisah dari realita):  Kehilangan interesdari dunia luar dan perubahan tingkah laku yang serrius dan berkepanjangan merupakan karakteristiknya.

d.      Karakteristi
1) Mimpi buruk,kebiasaanya terjadi sewaktu tidur karena mimpi yang menakutkan individu itu sering terbangun sehingga dapat mengakibatkan insomnia.
2) Insomnia,timbul sebagain gejala suatu ganguan lain seperti kecemasan dan depresi  ganguan emosi lain yang terjadi dalam hidup manusia.
3) Phobia,rasa takut yang irasional terhadap suatu benda atau keadaan yang tidak dapat di hilangakan atau ditekan oleh pasien,biarpun di ketahuinya irasional adanya.
4) Meningkatkan sensifitas, periode pasca kelahiran meliputi banyak sekali penyesuaian diri dan pembiasaan diri.
5) Perubahan mood,menyatakan bahwa depresi post partum muncul dengan gejala-gejala sebagai berikut : kurang nafsu makan,sedih,murung,perasaan tidak berharga, mudah marah, kelelahan ,insomnia, enorexia, merasa tergangun dengan perubahan fisik, sulit konsentrasi melukai diri, anhedonia, menyalahkan diri, lemah dalam kehendak dan dll.
e.       Pencegahan depresi post partum
Pencegahan terbaik adalah denga mengurangi faktor resiko terjadinnya ganguan psikologis pada ibu hamil dan ibu pasca persalinan (post partum).Hal-hal yang dapat di lakukan untuk mengurangi faktor resiko yaitu:
1) Pemberian dukungan dari pasangan, keluarga, lingkungan,maupun profesional selama kehamilan, persalinan dan pasca persalinan dapat mencegah depresi
2) Mencari tahu tentang ganguan psikologis yang mungkin terjadi pada ibu hamil yang bru saja melahirkan sehingga jika terjadi gejala dapat di kenali dan di tangani segera
3) Konsumsi makanan sehat,istirahat cukup dan olaraga minimal 15 menit perhari dapat menjaga suasana hati tetap baik.
4) Mencegah pengambilan keputusan yang berat selama kehamilan,
5)  Mempersiapkan diri secara mental dengan membaca buku atau artikel tentang kehamilan dan persalinan serta mendengarkan pengalaman wanita lain yang pernah melahirkan dapat mermbantu menguranggi ketakutan.
6)  Menyiapkan seseorang untuk membantu keperluan sehari-hari(memasak membersihkan rumah,belanja dll).
3.     Psikosa Post Partum
Psikosa pospartum Merupakan gangguan jiwa yang berat yang ditandai dengan waham, halusinasi dan kehilangan rasa kenyataan ( sense of reality ) yang terjadi kira-kira 3-4 minggu pasca persalinan. Merupakan gangguan jiwa yang serius, yang timbul akibat penyebab organic maupun emosional ( fungsional ) dan menunjukkan gangguan kemampuan berfikir, bereaksi secara emosional, mengingat, berkomunikasi, menafsirkan kenyataan dan tindakan sesuai kenyataan itu, sehingga kemampuan untuk memenuhi tuntutan hidup sehari-hari sangat terganggu. Psikosa postpartum adalah depresi yang terjadi pada minggu pertama dalam 6 minggu setelah melahirkan.Psikosa terbagi dalam dua golongan besar, yaitu :
1.    Psikosa fungsional
Merupakan gangguan psikologis yang faktor penyebabnya terletak pada aspek kejiwaan, disebabkan karena sesuatu yang berhubungan dengan bakat keturunan, bisa juga disebabkan oleh perkembangan atau pengalaman yang terjadi dalam kehidupan seseorang.
2.    Psikosa organik
Disebabkan oleh kelainan atau gangguan pada aspek tubuh, kalau jelas sebab-sebab dari suatu psikosa fungsional adalah hal-hal yang berkembang dalam jiwa seseorang.
a.       Faktor resiko
1) Riwayat psikosis, gangguan bipolar (GB) atau skizofrenia
2) Riwayat keluarga psikosis, gangguan bipolar, atau skizofrenia
3) Berulang pada 20 – 50 % kasus.
4) Gangguan bipolar (GB) merupakan gangguan jiwa yang bersifatepisodik dan ditandai oleh gejala-gejala manik, hipomanik, depresi, dan campuran, biasanya rekuren serta dapat berlangsung seumur hidup
5) Skizofrenia : gejala-gejala psikotik yang khas dan oleh kemunduran fungsi sosial, fungsi kerja, dan perawatan diri.
6) Skizofrenia Tipe I ditandai dengan menonjolnya gejala-gejala positif seperti halusinasi, delusi, dan asosiasi longgar, sedangkan pada
7) Skizofrenia Tipe II ditemukan gejala-gejala negative seperti penarikan diri, apati, dan perawatan diri yang buruk.
Wanita dengan riwayat pribadi psikosis, gangguan bipolar atau skizofrenia memiliki peningkatan risiko mengembangkan psikosis postpartum.  Demikian juga, wanita yang memiliki riwayat keluarga psikosis, gangguan bipolar atau skizofrenia memiliki kesempatan lebih besar untuk mengembangkan gangguan tersebut.  Additonally, wanita yang telah memiliki insiden masa lalu postpartum psikosis adalah antara 20% dan 50% lebih mungkin mengalami lagi dalam masa kehamilan.
b.      Etiologi
1) Faktor sosial kultural ( dukungan suami dan keluarga, kepercayaan atau etnik )
2) Faktor obstetrik dan ginekologik ( kondisi fisik ibu dan kondisi fisik bayi )
3) Faktor psikososial ( adanya stresor psikososial, faktor kepribadian, riwayat mengalami depresi, penyakit mental, problem emosional dll )
4)  Faktor keturunan
5) Karakter personal seperti harga diri yang rendah.
6) Perubahan hormonal yang cepat.
7) Masalah medis dalam kehamilan ( pre-eklampsia, DM ).
8) Marital disfungsion atau ketidak mampuan membina hubungan dengan orang lain yang mengakibatkan kurangnya dukungan.
 9) Unwanted pregnancy atau kehamilan tidak di inginkan
10) Merasa terisolasi.
11) Kelemahan, gangguan tidur ( imsomnia ), ketakutan terhadap suatu masalah, ketakutan akan melahirkan anak cacat atau tidak sempurna.
Disamping itu, disebabkan karena wanita menderita bipolar disorder atau masalah psikiatrik lainnya yang disebut schizoaffektif disorder. Wanita tersebut mempunyai resiko tinggi untuk terkena post partum psikosa.
c.       Epidemiologi
Insiden psikosis post partum sekitar 1-2 per 1000 kelahiran. Gejala psikosis post partum muncul pada hari sampai 4-6 minggu post partum
d.      Anamnesis
Onsetnya mendadak, 2-4 minggu setelah pelahiran. Sebagian besar muncul dengan depresi, tetapi 1/3 dapat muncul dengan mania (suasana hati yang elasi.iritabel, disinhibisi.bertindak semaunya, perhatiannya mudah teralihkan, aktivitas berlebihan, pemboros, suka menyerang, tidak banya bicara, loncat gagasan/flight of idea, kurang tidur), halusinasi, waham, kebingungan, kurangnya tilikan.
e.       Patofisiologi
Kesehatan jiwa wanita sangat mempengaruhi kesehatan wanita. Pada usia produktif gangguan kesehatan wanita sering berhubungan dengan perannya sebagai istri, ibu dan pekerja, kondisi kesehatan fisik terutama kondisi bagian tubuh yang menjadi simbol kewanitaan, penganiayaan fisik dan mental. Proses berduka, kemurungan dan psikosa pasca melahirkan, serta bunuh diri yang merupaka reaksi negatif dari ganggguan terhadap kesehatan jiwa.
Penelitian psikodinamik menunjukkan, pada gangguan psikiatrik pasca persalinan terdapat konflik antar ibu dengan perannya sebagai ibu yang harus mengasuh anaknya, dengan kelahiran anaknya dan hubungan dengan suaminya. Konflik ini mempunyai peranan dalam menentukan identitas dirinya sebagai ibu yang tidak dapat berkomunikasi dengan bayinya, menghambat ibu menemukan jati dirinya, dan merupakan hambatan dini hubungan timbal balik antara ibu dan anak.
Gangguan psikoatrik yang terjadi pada masa pascapersalinan bukan suatu sindrom psikiatrik yang baru, tapi merupakan gangguan yang biasa didapat, antara lain postpartum blues, depresi postpartum dan psikosis postpartum. Gangguan ini dapat terjadi mulai sejak hari pertama sampai 4-6 minggu pasca melahirkan. Bahkan marce sosiety mengemukakan psikosa ini dapat terjadi sampai 1 tahun setelah melahirkan.
Gejala yang dapat timbul pada masa ini sangat berat, berbahaya dan merupakan kondisi darurat sebab penderita dapat membahayakan diri sendiri dan mengganggu lingkungannya,seperti tindakan bunuh diri dan membunuh bayinya. Gangguan nonpsikotik pada periode pascapersalinan cukup tinggi, penelitian menunjukkan 20-40% wanita hamil mengalami gangguan emosional atau disfungsi kognitif, ataupun keduanya. Angka kejadian psikosis pascapersalinan adalah 1-2 per 1000 kelahiran dari seluruh wanita pascapersalinan.Umumnya gangguan psikiatrik pasca melahirkan timbul setelah hari ke 3 pasca persalinan.
f.       Tanda dan Gejala
Gejala awal :
1.    Perasaan sedih, kecewa dan putus asa
2.    Sulit tidur atau imsomnia
3.    Sering menangis
4.    Gelisah, cemas dan iritable yang berlebihan
5.    Merasa Letih dan lelah
6.    Semangat menurun ataupun kehilangan sensasi menyenangkan
7.    Mudah tersinggung / labil
8.    Sakit kepala
9.    Peningkatan ataupun penurunan berat badan secara tiba-tiba
10.       Memperlihatkan penurunan minat pada bayinya
11.       Menolak makan dan minum
Gejala lanjutan :
1.     Curiga berlebihan
2.     Kebingungan
3.    Sulit konsentrasi
4.    Bicara meracau atau inkoheren
5.    Irasional
6.     Pikiran obsesif ( pkiran yang menyimpang dan berulang-ulang )
7.    Agresif
8.    Impulsif ( bertindak diluar kesadaran )
Walaupun banyak wanita pasca melahirkan mengalami depresi postpartum tapi tidak semuanya berlanjut menjadi psikosa postpartum. Tapi setiap psikosa postpartum pasti di awali oleh depresi pospartum dan bisa sampai melukai diri sendiri bahkan membunuh anak-anaknya.
Gejala yang sering terjadi adalah:
1. Delusi
2. Halusinasi
3.Gangguan saat tidur
4.Obsesi mengenai bayi
 Gejala Klinik
Pada wanita yang menderita penyakit ini dapat terkena perubahan mood secara drastis, dari depresi ke kegusaran dan berganti menjadi euforia dalam waktu singkat. Penderita kehilangan semangat dan kenyamanan dalam beraktifitas,sering menjauhkan diri dari teman atau keluarga, sering mengeluh sakit kepala dan nyeri dada, jantung berdebar-berdebar serta nafas terasa cepat.
g.      Penanganan
Respon yang terbaik dalam menangani kasus psikosis pospartum ini adalah kombinasi antara psikoterapi, lingkungan sekitar ibu dan medikasi seperti antidepresan, jika tidak memungkinkan untuk ibu dirawat dirumah sebaiknya ibu dirawat dirumah sakit. Libatkan anggota keluarga dalam penanganan terutama suami sehingga dapat dibangun pemahaman dari orang-orang terdekat ibu terhadap apa yang dirasakan dan dibutuhkan ibu.
h.      Pencegahan
Beberapa intervensi berikut ini dapat membantu wanita terbebas dari ancaman depresi dan psikosa postpartum, yaitu :
1)      Pelajari diri sendiri
Pelajari dan mencari informasi mengenai depresi dan psikosa pospartum, sehingga ibu dan keluarga sadar terhadap kondisi ini. Apabila terjadi, maka akan segera mendapatkan penanganan yang tepat.
2)  Tidur dan makan yang cukup
Diet nutrisi penting untuk kesehatan, lakukan usaha yang terbaik dengan makan dan tidur yang cukup. Keduanya penting dalam periode pospartum.
3) Olahraga
Merupakan kunci untuk mengurangi depresi postpartum, lakukan peregangan selama 15 menit dengan berjalan kaki setiap hari, sehingga membuat ibu menjadi lebih rileks dan lebih menguasai emosional yang berlebihan.
4) Beritahukan perasaan ibu
Jangan takut untuk mengutarakan perasaan ibu dan mengekspresikan yang ibu inginkan dan butuhkan demi kenyamanan ibu. Jika mempunyai masalah, segera beritahukan kepada orang yang dipercaya ataupun orang yang terdekat.
5) Dukungan dari keluarga dan orang-orang terdekat
Dukungan dari orang terdekat dari mulai kehamilan, persalinan dan pospartum sangat penting, yakinkan diri ibu bahwa keluarga selalu berada disamping ibu setiap ada kesulitan.
6) Persiapan diri dengan baik
Persiapan sebelum persalinan sangat diperlukan, ikutlah kelas hamil, baca buku-buku yang dibutuhkan.
7) Lakukan pekerjaan rumah tangga
Pekerjaan rumah tangga sedikit banyak dapat membantu ibu melupakan golakan perasaan yang terjadi selama periode pospartum. Kondisi anda yang belum stabil, bisa ibu curahka dengan memasak atau membersihkan rumah.
8) Dukungan emosional
Minta dukungan emosional dari keluarga dan lingkungan sehingga ibu dapat mengatasi rasa frustasi atau stress. Ceritakan pada mereka mengenai perubahan yang ibu rasakan, sehingga ibu merasa lebih baik dari setelahnya.
i.        Penatalaksanaan
Postpartum kejiwaan dianggap menjadi darurat kesehatan mental. Oleh karena itu memerlukan perhatian segera. Hal ini dikarenkan wanita yang menderita penyakit kejiwaan tidak selalu mampu atau bersedia untuk berbicara dengan seseorang tentang disorder-nya, mereka kadang-kadang membutuhkan pasangan atau anggota keluarga yang lain untuk membantu mereka mendapatkan penanganan medis yang mereka butuhkan. Kondisi ini biasanya diatasi dengan pemberian obat, biasanya obat antipsikosis dan terkadang obat antidepresan dan/ atau antiansietas.
Banyak wanita yang juga dapat merasakan manfaat dari konseling dan dukungan psikologis kelompok. Dengan perawatan dengan baik, sebagian besar perempuan dapat pilih dari kekacauan.
Untuk mengurangi jumlah penderita ini sebagai anggota keluarga hendaknya harus lebih memperhatikan kondisi dan keadaan ibu serta memberikan dukungan psikis agar tidak merasa kehilangan perhatian.
Saran kepada penderita untuk:
1.    Beristirahat cukup
2.     Mengkonsumsi makanan dengan gizi yang seimbang
3.    Bergabung dengan orang-orang yang baru
4.    Bersikap fleksible
5.    Berbagi cerita dengan orang terdekat
6.    Sarankan untuk berkonsultasi dengan tenaga medis
Tatalaksana juga dapat berupa :
Penilaian psikiatrik (termasuk risiko bunuh diri dan risiko terhadap bayi). Perawatan di unit psikiatri (jika mungkin ke unit spesialis ibu dan bayi). Obat antidepresan oral, neuroleptika (gunakan secara hati – hati jika menyusui).
j.        Pengobatan
Jika diperkirakan menimbulkan ancaman bagi diri sendiri atau orang lain :
1.    dirawat di rumah sakit.
2.    Obat2 : anti psikotik, antidepressan dan anti ansietas.  

k. Komplikasi
1.    Bunuh diri
2.    Penelantaran anak
3.    Pengasuhan yang tidak sesuai
4.    Berpikir untuk menyakiti
5.    Pembunuhan bayi
l. prognosis
Prognosis jangka pendek baik. 20% mengalami psikosis masa nifas yang berulang. 50 % mengalami episode psikosis berulang.
E.     Peran Dan Tanggung Jawab Bidan Dalam Masa Nifas
Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian asuhan post partum. Adapun peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas antara lain:
a.       Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan psikologis selama masa nifas
b.      Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga.
c.       Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa nyaman.
d.      Membuat kebijakan perencanaan program kesehatan yang berkaitan dengan ibu dan anak dan mampu melakukan kegiatan administrasi
e.       Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan
f.       Memberikan informasi dan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang baik, serta mempraktekkan kebersihan yang aman
g.      Melakukan manajemen asuhan kebidanan dengan cara mengumpulkan data, menetapkan diagnosa dan rencana tindakan serta melaksanakannya untuk mempercepat proses pemulihan, mencegah komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama priode nifas.
h.      Memberikan asuhan kebidanan secara professional.
F. CONTOH KASUS GANGGUAN PSIKOLOGI PADA MASA NIFAS
Ketika Melanie Stove menjadi hamil, dia memiliki segalanya. Dia adalah seorang dokter sukses bahagia menikah dengan manajer penjualan farmasi. Dia memiliki keluarga yang mendukung. Dia adalah seorang wanita hamil berseri-seri, ingin memiliki anak dan memulai kehidupan barunya sebagai seorang ibu. Pada tanggal 23 Februari 2001, Summer Moose lahir dengan keadaan tidak normal, yaitu cacat Down Syndrom yang baru diketahui setelah melahirkan. Tapi ibu Melanie, Carol, menyadari ada sesuatu yang tidak beres dengan putrinya. Melanie, seperti tidak mau menerima keberadaan bayinya. Melani meyakinkan dirinya bahwa bayinya seharusnya lahir dengan keadaan atau kondisi yang normal karena dia adalah seorang tenaga kesehatan yang seharusnya tahu bagaimana cara merawat kehamilannya. Melani mengalami masalah psikis atau mental yaitu tekanan yang mendalam pada kenyataannya bahwa dia adalah seorang dokter yang lalai menerapkan ilmu kesehatan. Melani sangat depresi, malu, dan tidak percaya diri lagi karena pernyataan orang-orang disekitarnya yang menganggap dia adalah seorang dokter yang tidak professional. Melani masih tidak dapat menerima kondisi anaknya. Ketika Summer berumur satu bulan, depresi Melanie menjadi begitu parah sehingga ia berhenti makan dan minum dan tidak bisa lagi menelan. Dia mulai memiliki pikiran paranoid tentang orang lain - dia berpikir bahwa tetangganya di seberang jalan semua membicarakannya karena mereka pikir dia adalah ibu yang buruk. Dia menjadi kurus dan merasa ingin berhenti dari pekerjaannya sebagai seorang dokter. Lalu, ia mulai mencari cara untuk mengakhiri hidupnya. Melanie dirawat di rumah sakit tiga kali dalam tujuh minggu. Dia diberi empat kombinasi anti-psikotik, anti-kecemasan, dan obat anti-depresan. Namun keluarganya sudah dapat menerima kondisi anak Melani, walaupun Melani sebagai ibunya sendiri belum dapat menerima kondisi anaknya.
Pemecahan masalahnya :
Anak dengan Sindrom Down adalah individu yang dapat dikenali dari fenotipnya dan mempunyai kecerdasan terbatas, yang terjadi akibat adanya jumlah kromosom 21 yang berlebih. Anak yang mengalam sindrom down umumnya mengalami kelemahan otot, mulut yang terbuka, lidah yang terjulur, ukuran telinga yang abnormal, gangguan pendengaran, mengalami gangguan penglihatan, dan sebagainya. Intervensi dini yang kita lakukan adalah jika anak tersebut misalnya: mengalami gangguan pendengaran, dapat melakukan pemeriksaan telinga sejak awal kehidupan dilakukan test pendengaran secara berkala, atau jika anak mengalami kelainan mata dapat dilakukan pemeriksaan yang rutin ke dokter mata. Memberikan lingkungan yang baik bagi anak, memberikan aktivitas motorik kasar dan halus dengan bermain dengan teman sebayanya, dan peran orang tua sangat dibutuhkan. Dari kasus ini, ibu Melani harus diberi banyak dukungan dan pengertian dari orang-orang terdekatnya seperti suami, keluarga, maupun orang-orang disekitarnya, bahwa kelalaian adalah manusiawi. Sebagai sesama tenaga kesehatan kita sebagai bidan harus saling menguatkan dengan member penyuluhan tentang penyakit-penyakit yang dapat terjadi di saat masa kehamilan sampai masa nifas, memberi tahu disekitar lingkungan masyarakat ibu Melani tentang sebenarnya down sindrom itu sendiri tidak diketahui selama kehamilan, maka sepenuhnya hal ini tidak harus menjadi beban psikis bagi ibu, karena memang bukan kesalahannya.. Untuk menumbuhkan rasa percaya diri dokter Melani, kita bisa membantu dia dengan memberikan konseling dan membantu memantau perkembangan anaknya dan tentunya memberi semangat pada dokter Melani untuk melanjutkan pekerjaannya sebagai dokter tanpa terus-terusan menyalahkan diri sendiri.

BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Proses adapatasi psikologi sudah terjadi selama kehamilan,menjelang proses kehamilan maupun setelah persalinan. Pada periode tersebut kecemasan seorang wanita dapat bertambah. Pengalaman yang unik dialami oleh ibu setelah persalinan. Masa nifas merupakan masa yang rentan dan terbuka untuk bimbingan dan pembelajaran. Perubahan peran seorang ibu memerlukan adaptasi. Tanggung jawab ibu mulai bertambah
Gangguan psikologi post partum diantaranya depresi post parum, post partum blues, dan post partum psikosa.
Post Partum Blues (PBB) sering juga disebut sebagai maternity blues atau baby blues dimengerti sebagai suatu sindroma gangguan efek ringan yang sering tampak dalam minggu pertama setelah persalinan.
Depresi post partum adalah tekanan jiwa sesudah melahirkan mungkin seorang ibu bru akan merasa benar-benar tidak berdya dan merasa serba kurang mampu,tertindih oleh beban terhadap tangung jawab terhadap bayi dan keluarganya,tidak bisa melakukan apapuan untuk menghilangakan perasaan itu.Depresi post partum dapat berlangsung selama 3 bulan atau lebih dan berkembang menjadi depresi lain lebih berat atau lebih ringan.Gejalanya sama saja tetapi di samping itu,ibu mungkin terlalu memikirkan kesehatan bayinya dan kemampuanya sebagai seorang ibu.
Psikosa pospartum Merupakan gangguan jiwa yang berat yang ditandai dengan waham, halusinasi dan kehilangan rasa kenyataan ( sense of reality ) yang terjadi kira-kira 3-4 minggu pasca persalinan. Merupakan gangguan jiwa yang serius, yang timbul akibat penyebab organic maupun emosional ( fungsional ) dan menunjukkan gangguan kemampuan berfikir, bereaksi secara emosional, mengingat, berkomunikasi, menafsirkan kenyataan dan tindakan sesuai kenyataan itu, sehingga kemampuan untuk memenuhi tuntutan hidup sehari-hari sangat terganggu.

DAFTAR PUSTAKA

http://vitachuaby.blogspot.com/2011/02/makalah-nifas.html
http://merpatigosong.blogspot.com/2012/06/normal-0-false-false-false-in-x-none-x.html
http://upeeknouvelz.blogspot.com/2009/11/kebutuhan-kebersihan-diri-masa-nifas.ht
http://asuhankebidanan.net/2011/asuhan-kebidanan-ibu-postpartum-di-rumah/